Author: Success and Wisdom,
•8:33 PM





Alkisah dijaman Tiongkok kuno, disebuah kerajaan yang sangat megah, tinggallah seorang Raja yang sangat angkuh dan sombong. Dia sangat menginginkan dapat menguasai seluruh permukaan Tiongkok, sehingga tidak ada kepuasan didalam dirinya. Pada suatu pagi yang cerah, Raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis.

Sang raja menyapa pengemis ini:
Apa yang engkau inginkan dari dariku, wahai rakyat ku”
Si pengemis itu tersenyum dan berkata:

Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba”
Sang raja terkejut, ia merasa tertantang:

Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!”
Maka sang pengemis pun berkata:

Hamba menyarankan agar Tuanku berpikir 2 kali, sebelum memenuhi keinginan hamba”

Ternyata Pengemis itu bukanlah pengemis sembarang, dia adalah dewa yang menjelma menjadi pengemis untuk menguji sang Raja, namun raja tidak menyadari hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasehat dari seorang pengemis.

Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. apapun juga! Aku adalah Raja yang paling berkuasa dan kaya-raya”

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengeluarkan mangkuk sedekahnya sambil berkata:

Tuanku, hamba hanya minta tuanku mengisi mangkok ini dengan benda yang paling berharga yang perna dimiliki raja”

Bukan main! Raja menjadi geram mendengar 'tantangan' pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk si pengemis tersebut dengan emas! Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah tersebut.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan emas, intan berlian, telah habis dilahap mangkuk sedekah itu.Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis , si pengemis pun akhirnya menampakkan wujud aslinya. Begitu terkejutnya Raja melihat sesosok dewa dihadapannya.

Wahai Raja yang serakah, dengarkanlah kesombongan dan keserakahan duniawi tidak akan habisnya, seperti mangkuk tidak beralas tersebut, berapapun besar harta yang kamu masukkan, akan tertelan didalamnya. Maka jadikanlah kebaikan dan kesahajaan sebagai alas dari mangkuk hidupmu”

Begitu mendengar kata-kata dari sang dewa, sang Raja pun tersadarkan dan berjanji akan menjadi raja yang penuh kebaikan dan kesahajaan.

~Kesombongan dan keserakahan merupakan akar yang harus kita cabut, lubang yang harus ditutupi, karena seperti sumur yang dalam, kesombongan dan keserakahan tidaklah memiliki dasar. Keinginan membuat manusia terlena dalam keduniawian. Kikis dan tanamlah semua itu dengan sifat murah hati, dan bersyukur terhadap apa yang kita miliki sekarang ini, serta memperbanyak perbuatan baik setiap hari nya~

Dari Saya,


Success and Wisdom

Bodhi Taruna
|
Author: Success and Wisdom,
•7:36 PM





Telah dua bulan musim hujan berlalu sehingga di mana-mana pepohonan nampak menghijau. Tampaklah seekor ulat kecil di antara dedaun menghijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.
“Apa khabar daun hijau” Sapa ulat kecil

Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang
“Oh, kamu ulat kecil. Badanmu kelihatan kurus dan kecil? Apa yang terjadi ?” tanya daun hijau
“Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bolehkah engkau membantuku sahabat ku?” kata ulat kecil.
“Tentu.. tentu.. dekatlah kemari”

Daun hijau berpikir, “Jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya saja aku akan kelihatan berlubang-lubang, Tapi tak apalah menolong ulat tersebut”
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau, dan memakan badan daun hijau.

Setelah makan dengan kenyang ulat berterimakasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya untuk dijadikan makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlubang di sana-sini namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.

~Sungguh mulia perbuatan daun hijau yang senantiasa bekorban untuk ulat kecil yang kelaparan tapi memikirkan dirinya sendiri. Apabila kita bisa meniru dan mengikuti perbuatan dari daun hijau, tentu saja dunia ini dipenuhi oleh kebajikan dan ketentraman. Marilah mulai hari ini, tanamkan sifat menolong dan melakukan kebajikan setiap harinya~


Dari Saya,

Success and Wisdom

Bodhi Taruna

|