Author: Success and Wisdom,
•8:03 PM




Dahulu kala hiduplah dua orang kakak beradik di suatu desa. Ketika ayahnya meninggal sebelumnya berpesan dia kepada mereka berdua dua hal yang harus dipatuhi, untuk kesuksesan kehidupan mereka :

pertama, jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu
kedua, jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup merasa binggung terhadap hal tersebut, dan suatu hari dia tuh menanyakannya kepada mereka berdua :

"Kalian memiliki usaha dibidang yang sama tapi kenapa sulung bisa menjadi kaya dan bungsu bisa menjadi tambah miskin?" tanya si Ibu

"Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak" Sahut si bungsu

"Terus engkau si sulung kenapa engkau bisa sukses, apa rahasianya" Tanya si ibu kembali

"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris ,karena mempunyai jam kerja lebih lama" Jawab si sulung mengenai rahasia suksesnya

~Setiap orang memiliki pandangan dan pengertian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah, namun pengertian bijak seperti si sulung lah yang harus kita tiru. Menanggapi positif setiap masalah dan menjadikannya suatu arahan peluang untuk meraih sukses. Sungguh luar biasa. Jangan hanya bisa menyesali kehidupan akan suatu masalah. Karena sesungguhnya orang sukses adalah orang yang bisa memanfaatkan secara maksimal apa yang dia punya, bukan hanya menyalahkan dan mengkambinghitamkan nasib ataupun masalah~

Dari Saya

Success and Wisdom

Bodhi Taruna

(Artikel disadur dari mailing list dharmajala@yahoogroups.com)

|
Author: Success and Wisdom,
•10:36 PM





“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke Rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,”Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?”

Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya.
“Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus
ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,” kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan
telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia.” kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah
bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar
namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.”

Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang
yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. “Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,” bisik sang ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?”

Mendengar hal itu, sang anak pun tak mampu menghentikan tetesan air mata, dalam hatinya dia bangga dan beruntung memiliki ibu yang begitu baiknya.

~Luar biasa sekali pengorbanan seorang ibu, dalam kehidupan anaknya. Demi anaknya, apapun rela diberikan untuk kebahagiaannya. Maka dari itu, sebagai seorang yang bermoral dan beretika, kita pun harusnya tidak boleh melupakan jasa dan perngorbanan orang tua kita terhadap kita. Sikap berbakti dan tanggung jawab harus kita tanamkan sejak dini di hati dan perbuatan kita, sehingga kita dapat menjadi manusia yang bijaksana~

Dari Saya,

Success and Wisdom

Bodhi Taruna

(Artikel disadur dari email yang dikirimkan ke bodhitaruna@gmail.com, atas permintaan pengirim, nama dan identitas tidak di tampilkan)

|